1.
Pengertian Lansia
Lanjut usia
merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Menurut Bernice Neugarten
(1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat
merasa puas dengan keberhasilannya.
Badan kesehatan
dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan
yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah
kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia
pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,
lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90
tahun.
Sedangkan menurut
Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan
dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai
penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi
kehidupannya sehari-hari.
Saparinah
(1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur
yang mencapai tahap penisium, pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan
daya tahan tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan
demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya.
Dari berbagai
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia merupakan periode di
mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta
telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan
ini dapat mulai dari usia 55 tahun sampai meninggal.
Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah
permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa
kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini
tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang
homogen . Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda.
2. Ciri-Ciri Lansia
Menurut Hurlock (Hurlock, 1980, h.380) terdapat
beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu :
a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor
fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran
pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya
jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
b. Orang lanjut usia memiliki status kelompok
minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena
sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut
usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia.
Pendapat-pendapat klise itu seperti : lansia lebih senang mempertahankan
pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang lain.
c. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia
mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia
sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia
membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu
membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
3.
Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir
siklus kehidupan manusia di duia. Usia tahap ini dimulai dari 60 tahunan sampai
akhir kehidupan. Usia lanjut merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua, dan masa tua merupakan masa
hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat
melakukan tugasnya sehari-hari lagi.
Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi
penuaan dan penurunan, yang penururnanya lebih jelas dan lebih dapat
diperhatikan dari pada tahap usia baya. Penuaan merupakan perubahan kumulatif
pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan
kapasitas fungsional. Pada manusia , penuaan dihubungkan dengan perubahan
degenerative pada kulit, tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan
jaringan tubuh lainya. Dengan kemampuan regeneratife yang terbatas, mereka
lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan
dengan orang dewasa lain. Penurunan ini terutama penurunan yang terjadi pada
kemampuan otak.
4. Perubahan yang terjadi pada lansia
a. Perkembangan jasmani
Penuaan terbagi atas penuaan primer ( primary
aging) dan penuaan sekunder (secondary aging). Pada penuaan primer tubuh mulai
melemah dan mengalami penurunan alamiah. Sedangkan pada proses penuaan
sekunder, terjadi proses penuaan karena faktor-faktor eksteren, seperti lingkungan
ataupun perilaku. Berbagai paparan lingkungan dapat dapat mempengaruhi proses
penuaan, misalnya cahaya ultraviolet serta gas karbindioksida yang dapat
menimbulkan katarak, ataupun suara yang sangat keras seperti pada stasiun
kereta api sehingga dapat menimbulkan berkurangnya kepekaan pendengaran. Selain
hal yang telah disebutkan di atas perilaku yang kurang sehat juga dapat
mempengaruhi cepatnya proses penuaan, seperti merokok yang dapat mengurangi
fungsi organ pernapasan.
Penuaan membuat sesorang mengalami perubahan
postur tubuh. Kepadatan tulang dapat berkurang, tulang belakang dapat memadat
sehingga membuat tulang punggung menjadi telihat pendaek atau melengkung.
Perubahan ini dapat mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga terjadi
osteoporosis, dan masalah ini merupakan hal yang sering dihadapi oleh para
lansia.
Penuaan yang terlihat pada kulit di seluruh tubuh
lansia, kulit menjadi semakin menebal dan kendur atau semakin banyak keriput
yang terjadi. Rambut yang menjadi putih juga merupakan salah satu cirri-ciri
yang menandai proses penuaan. Kulit yang menua menjadi menebal, lebih terlihat
pucat dan kurang bersinar. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lapisan
konektif ini dapat mengurangi kekuatan dan elasitas kulit, sehingga para lansia
ini menjadi lebih rentan untuk terjadinya pendarahan di bawah kulit yang
mengakibatkan kulit mejadi tampak biru dan memar. Pada penuaan kelenjar ini
mengakibatkan kelenjar kulit mengasilkan minyak yang lebih sedikit sehingga
menyebabkan kulit kehilangan kelembabanya dan mejadikan kulit kering dan
gatal-gatal. Dengan berkurangnya lapisan lemak ini resiko yang dihadapi oleh
lansia menjadi lebih rentan untuk mengalami cedera kulit.
Penuaan juga mengubah sistim saraf. Masa sel saraf
berkurang yang menyebabkan atropy pada otak spinal cord. Jumlah sel berkurang,
dan masing-masing sel memiliki lebih sedikit cabang. Perubahan ini dapat
memperlambat kecepatan transmisi pesan menuju otak. Setelah saraf membawa
pesan, dibutuhkan waktu singkat untuk beristirahat sehingga tiidak dimungkinkan
lagi mentrasmisikan pesan yang lain. Selain itu juga terdapat penumpukan
produksi buangan dari sel saraf yang mengalami atropy pada lapisan otak yang
menyebabkan lapisan plak atau noda.
Orang lanjut usia juga memiliki berbagai resio
pada sitem saraf, mislanya berbagai jenis infeksi yang diderita oleh seorang
lansia juga dapat mempengaruhi proses berfikir ataupun perilaku. Penyebab lain
yang menyebabkan kesulitan sesaat dalam proses berfikir dan perilaku adalah
gangguan regulasi glukosa dan metabolisme lansia yang mengidap diabetes.
Fluktuasi tingkat glukosa dapat menebabkan gangguan berfikr. Perubahan
signifikan dalam ingatan, berfikir atau perilakuan dapat mempengaruhi gaya
hidup seorang lansia. Ketika terjadi degenerasi saraf, alat-alat indra dapat terpengaruh.
Refleks dapat berkurang atau hilang.
Alat-alat indra persebtual juga mengalami penuaan
sejalan dengan perjalanan usia. Alat-alat indra menjadi kuranng tajam, dan
orang dapat mengalami kesulitan dalam membedakan sesuatu yang lebih detail,
misalnya ketika seorang lansia di suruh untuk membaca koran maka orang ini akan
mengalami kesulitan untuk membacanya, sehingga dibutuhkan alat bantu untuk
membaca berupa kacamata. Perubahan alat sensorik memiliki dampak yang besar
pada gaya hidup sesorang. Seseorang dapat mengalami masalah dengan komunikasi,
aktifitas, atau bahkan interaksi sosial.
Pendengaran dan pengelihatan merupakan indra yang
paling banyak mengalami perubahan, sejalan dengan proses penuaan indra
pendengaran mulai memburuk. Gendang telinga menebal sehingga tulang dalam
telinga dan stuktur yang lainya menjadi terpengaruh. Ketajaman pendengaran
dapat berkurang karena terjadi perubhan saraf audiotorik. Kerusakan indara
pendengaran ini juga dapat terjadi karena perubahan pada lilin telinga yang biasa
terjadi seiring bertambahnya usia.
Struktur mata juga berubah karena penuaan. Mata
memproduksi lebih sedikit air mata, sehingga dapat me,buat mata menjadi kering.
Kornea menjadi kurang sensitive. Pada usia 60 tahun, pupil mata berkurang
sepertiga dari ukuran ketika berusia 20 tahun. Pupil dapat bereaksi lebih
lambat terhadap perubahan cahaya gelap ataupun terang. Lensa mata menjadi
kuning, kurang fleksibel, dan apabila memandang menjadi kabur dan kurang jelas.
Bantalan lemak pendukung berkurang, dan mata tenggelam ke kantung belakang.
Otot mata menjadikan mata kurang dapat berputar secara sempurna, cairan di
dalam mata juga dapat berubah. Masalah yang paling yang paling umum dialami
oleh lansia adalah kesulitan untuk mengatur titik focus mata pada jarak
tertentu sehingga pandangan menjdi kurang jelas.
Perubahan fisik pada lansia lebih banyak
ditekankan pada alat indera dan sistem saraf mereka. Sistem pendengaran,
penglihatan sangat nyata sekali perubahan penurunan keberfungsian alat indera
tersebut. Sedangkan pada sistem sarafnya adalah mulai menurunnya pemberian
respon dari stimulus yang diberikan oleh lingkungan. Pada lansia juga mengalami
perubahan keberfungsian organ-organ dan alat reproduksi baik pria ataupun
wanita. Dari perubahan-perubahan fisik yang nyata dapat dilihat membuat lansia
merasa minder atau kurang percaya diri jika harus berinteraksi dengan
lingkungannya (J.W.Santrock, 2002 :198). Dari penjelasan di atas dapat di tarik
kesimpulan berkenaan dengan cirri-ciri fisik lansia yaitu sebagi berikut (1)
postur tubuh lansia mulai berubah bengkok (bungkuk),(2) kondisi kulit mulai
kering dan keriput,(3) daya ingat mulai menurun,(4) kondisi mata yang mulai
rabun,(5) pendengaran yang berkurang.
b. Perkembangan Intelektual
Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008)
kemunduran kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme
sacara umum, hampir sebagian besar penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai
puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan seseorang secara
terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga berlaku pada seorang lansia.
Ketika lansia memperlihatkan kemunduran
intelektualiatas yang mulai menurun, kemunduran tersebut juga cenderung
mempengaruhi keterbatasan memori tertentu. Misalnya seseorang yang memasuki
masa pensiun, yang tidak menghadapi tantangan-tantangan penyesuaian intelektual
sehubungan dengan masalah pekerjaan, dan di mungkinkan lebih sedikit
menggunakan memori atau bahkan kurang termotivasi untuk mengingat beberpa hal,
jelas akan mengalami kemunduran memorinya. Menurut Ratner et.al dalam desmita
(20080 penggunaan bermacam-macam strategi penghafalan bagi orang tua , tidak
hanya memungkinkan dapat mencegah kemunduran intelektualitas, melinkan dapat
menigkatkan kekuatan memori pada lansia tersebut.
Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya
merupakan sesuatau yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor,
seperti penyakit, kecemasan atau depresi. Tatapi kemampuan intelektual lansia
tersebut pada dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu faktor untuk dapat
mempertahankan kondisi tersebut salah satunya adalah dengan menyediakan
lingkungan yang dapat merangsang ataupun melatih ketrampilan intelektual
mereka, serta dapat mengantisipasi terjadinya kepikunan.
c. Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia
kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan
para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang
dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi,
ketidak ikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung
sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan
yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.
Hal – hal tersebut di atas yang dapat menjadi
penyebab lanjut usia kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri. Bahkan sering
ditemui lanjut usia dengan penyesuaian diri yang buruk. Sejalan dengan
bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan
ketakuatan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian
suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan
diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa
selanjutnya.
Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia
adalah kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat
perubahan perubahan fisik, maupun sosial psikologis yang dialaminya dan
kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan
tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan mengembangkan
mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan– kebutuhan
dirinya tanpa menimbulkan masalah baru.
Pada orang – orang dewasa lanjut atau lanjut usia,
yang menjalani masa pensiun dikatakan memiliki penyesuaian diri paling baik
merupakan lanjut usia yang sehat, memiliki pendapatan yang layak, aktif,
berpendidikan baik, memiliki relasi sosial yang luas termasuk diantaranya teman
– teman dan keluarga, dan biasanya merasa puas dengan kehidupannya sebelum
pensiun (Palmore, dkk, 1985). Orang – orang dewasa lanjut dengan penghasilan
tidak layak dan kesehatan yang buruk, dan harus menyesuaikan diri dengan stres
lainnya yang terjadi seiring dengan pensiun, seperti kematian pasangannya,
memiliki lebih banyak kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan fase pensiun
(Stull & Hatch, 1984).
Penyesuaian diri lanjut usia pada kondisi
psikologisnya berkaitan dengan dimensi emosionalnya dapat dikatakan bahwa
lanjut usia dengan keterampilan emosi yang berkembang baik berarti kemungkinan
besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran
yang mendorong produktivitas mereka. Orang yang tidak dapat menghimpun kendali
tertentu atas kehidupan emosinya akan mengalami pertarungan batin yang merampas
kemampuan mereka untuk berkonsentrasi ataupun untuk memiliki pikiran yang
jernih.
Ohman & Soares (1998) melakukan penelitian
yang menghasilkan kesimpulan bahwa sistem emosi mempercepat sistem kognitif
untuk mengantisipasi hal buruk yang mungkin akan terjadi. Dorongan yang relevan
dengan rasa takut menimbulkan reaksi bahwa hal buruk akan terjadi. Terlihat
bahwa rasa takut mempersiapkan individu untuk antisipasi datangnya hal tidak
menyenangkan yang mungkin akan terjadi. Secara otomatis individu akan bersiap menghadapi
hal-hal buruk yang mungkin terjadi bila muncul rasa takut. Ketika individu
memasuki fase lanjut usia, gejala umum yang nampak yang dialami oleh orang
lansia adalah “perasaan takut menjadi tua”. Ketakutan tersebut bersumber dari
penurunan kemampuan yang ada dalam dirinya. Kemunduran mental terkait dengan
penurunan fisik sehingga mempengaruhi kemampuan memori, inteligensi, dan sikap
kurang senang terhadap diri sendiri.
Ditinjau dari aspek yang lain respon-respon
emosional mereka lebih spesifik, kurang bervariasi, dan kurang mengena pada
suatu peristiwa daripada orang-orang muda. Bukan hal yang aneh apabila
orang-orang yang berusia lanjut memperlihatkan tanda-tanda kemunduran dalam
berperilaku emosional; seperti sifat-sifat yang negatif, mudah marah, serta
sifat-sifat buruk yang biasa terdapat pada anak-anak.
Orang yang berusia lanjut kurang memiliki
kemampuan untuk mengekspresikan kehangatan dan persaan secara spontan terhadap
orang lain. Mereka menjadi kikir dalam kasih sayang. Mereka takut mengekspresikan
perasaan yang positif kepada orang lain karena melalui pengalaman-pengalaman
masa lalu membuktikan bahwa perasaan positif yang dilontarkan jarang memperoleh
respon yang memadai dari orang-orang yang diberi perasaan yang positif itu.
Akibatnya mereka sering merasa bahwa usaha yang dilakukan itu akan sia-sia.
Semakin orang berusia lanjut menutup diri, semakin pasif pula perilaku
emosional mereka.
d. Perkembangan Spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang
lebih dekat dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan
hidup, harga diri dan optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat
berperan memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia. Rasulullah
bersabda “semua penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga
religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf
kesehatan fisik maupun kesehatan mental, hal ini ditunjukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1997),
bahwa :
1) Lanjut usia yang nonreligius angka
kematiannya dua kali lebih besar daripada orang yang religius.
2) Lanjut usia yang religius penyembuhan
penyakitnya lebih cepat dibandingkan yang non religius.
3) Lanjut usia yang religius lebih kebal dan
tenang menghadapi operasi atau masalah hidup lainnya.
4) Lanjut usia yang religius lebih kuat dan
tabah menghadapi stres daripada yang nonreligius, sehingga gangguan mental
emosional jauh lebih kecil.
5) Lanjut usia yang religius tabah dan tenang
menghadapi saat-saat terakhir (kematian) daripada yang nonreligius.
5. Perubahan
Sosial
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi
sosial mereka, walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut
usia yang memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan.
Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory. Aktivitas sosial yang banyak
pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lansia. (J.W.Santrock,
2002, h.239).
a. Perubahan Kehidupan Keluarga
Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh
kurang memuaskan yang disebabkan oleh berbagai macam hal. Penyebabnya antara
lain : kurangnya rasa memiliki kewajiban terhadap orang tua, jauhnya jarak
tempat tinggal antara anak dan orang tua. Lansia tidak akan merasa terasing
jika antara lansia dengan anak memiliki hubungan yang memuaskan sampai lansia tersebut
berusia 50 sampai 55 tahun.
Orang tua usia lanjut yang perkawinannya bahagia
dan tertarik pada dirinya sendiri maka secara emosional lansia tersebut kurang
tergantung pada anaknya dan sebaliknya. Umumnya ketergantungan lansia pada anak
dalam hal keuangan. Karena lansia sudah tidak memiliki kemampuan untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak-anaknya pun tidak semua dapat menerima
permintaan atau tanggung jawab yang harus mereka penuhi.
b. Hubungan Sosio-Emosional Lansia
Masa penuaan yang terjadi pada setiap orang
memiliki berbagai macam penyambutan. Ada individu yang memang sudah
mempersiapkan segalanya bagi hidupnya di masa tua, namun ada juga individu yang
merasa terbebani atau merasa cemas ketika mereka beranjak tua. Takut
ditinggalkan oleh keluarga, takut merasa tersisihkan dan takut akan rasa
kesepian yang akan datang.
Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang
menerima lansia juga akan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan
sosio-emosional lansia, namun begitu pula sebaliknya jika lingkungan keluarga
dan sosial menolaknya atau tidak memberikan ruang hidup atau ruang interaksi
bagi mereka maka tentunya memberikan dampak negatif bagi kelangsungan hidup
lansia.
Ini Kenapa orang-orang Selalu Mengira Saya 10 tahun Lebih Muda KLIK DISINI
BalasHapusphytogreen | zell v platinum plus | zell v phytogreen | zell v | placenta domba | zell v price | zell v placenta | zell v product | cream pemutih |suntik stem cell | plasenta rusa | placenta kosmetik | suntik placenta | produk placenta | zell v gold | kosmetik placenta | zel-v plus | suntik placenta domba | suntik placenta di wajah | pemutih wajah placenta | placenta pemutih wajah |pemutih placenta | terapi stem cell | tanam benang | zell v platinum plus
Subhanallah.. bermanfaat sekali artikel nya...
BalasHapusTerimakasih yaa… sya baru belajar banyak agar bisa memahami emak :')
Tekanan dan stress makin tinggi namun tanggungjawab semakin besar dan kesehatan semakin ngga menentu
BalasHapus